February 12, 2013

cara membuat tombol next page pada blog


Pada postingan kali ini saya akan berbagi artikel tentang cara membuat tombol next page pada blog, yang mana tombol ini berfungsi buat mengarahkan para pengunjung untuk melihat halaman demi halaman yang berada pada blog kita berdasarkan angka yang tertera dalam tombol tersebut.

Artikel ini diperuntukkan buat blog-blog yang memang templatenya belum memiliki tombol next page, dan apabila template blog anda sudah memilikinya tombol next page ini, silahkan anda abaikan saja segera artikel ini namun anda jangan segera keluar dari blog saya ini dan anda saya perintahkan untuk segera mencari artikel-artikel lain yang ada pada blog Catatan Penaini...oke...! ( galak amat ya...ini mah pemaksaan namanya bos...hehehehehe...).
Bila anda masih bingung juga seperti apakah tampilannya, silahkan anda lihat gambar seperti yang ada dibawah ini.


Bagaimana...sudah jelaskah gambarnya...? apabila sudah jelas, kini kita akan mulai ke cara pembuatannya. Silahkan ikuti panduannya ya...
  • Masuk ke akun blogger anda. ( ingat blog anda...bukan blog orang lain...! )
  • Pada  tampilan Dashboard klik Design kemudian klik Edit HTML
  • Untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan saya sarankan backup dulu template blog anda dengan mengklik Download Full Template.
  • Centang kotak kecil yang bertuliskan Expand Template Widged.
  • Silahkan anda cari kode ]]></b:skin>
  • Copy kode yang ada dibawah ini kemudian paste di atas kode ]]></b:skin>
.showpageArea a {text-decoration:underline;}
.showpageNum a {text-decoration:none;border: 1px solid #cccccc;margin:0 3px;padding:3px;}
.showpageNum a:hover {border: 1px solid #cccccc;background-color:#cccccc;}
.showpagePoint {color:#333;text-decoration:none;border: 1px solid #cccccc;background: #cccccc;margin:0 3px;padding:3px;}
.showpageOf {text-decoration:none;padding:3px;margin: 0 3px 0 0;}
.showpage a {text-decoration:none;border: 1px solid #cccccc;padding:3px;}
.showpage a:hover {text-decoration:none;}
.showpageNum a:link,.showpage a:link {text-decoration:none;color:#333333;}

  • Kemudian cari kode </body>
  • Copy kode yang ada dibawah ini dan paste kan diatas kode </body>
<script type='text/javascript'>
var pageCount=5;
var displayPageNum=5;
var upPageWord=&#39;Previous&#39;;
var downPageWord=&#39;Next&#39;;
</script>
<script src='http://marbun.googlecode.com/files/scriptsnext.js' type='text/javascript'/>
  • Dan terakhir silahkan Save Template anda.
  • lalu nikmati hasinya, dijamin anda pasti puas, hahaha
Bagaimana mudah bukan...? silahkan anda mencobanya.


Sumber: http://davotmarbun.blogspot.com/2011/11/cara-membuat-tombol-next-page-pada-blog.html#ixzz2KgqsGIKt

February 11, 2013

Sejarah hidup Imam Ghozali


Imam Al Ghazali, sebuah nama yang tidak asing di telinga kaum muslimin. Tokoh terkemuka dalam kancah filsafat dan tasawuf. Memiliki pengaruh dan pemikiran yang telah menyebar ke seantero dunia Islam. Ironisnya sejarah dan perjalanan hidupnya masih terasa asing. Kebanyakan kaum muslimin belum mengerti. Berikut adalah sebagian sisi kehidupannya. Sehingga setiap kaum muslimin yang mengikutinya, hendaknya mengambil hikmah dari sejarah hidup beliau.

Nama, Nasab dan Kelahiran Beliau

Beliau bernama Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi, Abu Hamid Al Ghazali (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A'lam Nubala' 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/191). Para ulama nasab berselisih dalam penyandaran nama Imam Al Ghazali. Sebagian mengatakan, bahwa penyandaran nama beliau kepada daerah Ghazalah di Thusi, tempat kelahiran beliau. Ini dikuatkan oleh Al Fayumi dalam Al Mishbah Al Munir. Penisbatan pendapat ini kepada salah seorang keturunan Al Ghazali. Yaitu Majdudin Muhammad bin Muhammad bin Muhyiddin Muhamad bin Abi Thahir Syarwan Syah bin Abul Fadhl bin Ubaidillah anaknya Situ Al Mana bintu Abu Hamid Al Ghazali yang mengatakan, bahwa telah salah orang yang menyandarkan nama kakek kami tersebut dengan ditasydid (Al Ghazzali).
Sebagian lagi mengatakan penyandaran nama beliau kepada pencaharian dan keahlian keluarganya yaitu menenun. Sehingga nisbatnya ditasydid (Al Ghazzali). Demikian pendapat Ibnul Atsir. Dan dinyatakan Imam Nawawi, “Tasydid dalam Al Ghazzali adalah yang benar.” Bahkan Ibnu Assam’ani mengingkari penyandaran nama yang pertama dan berkata, “Saya telah bertanya kepada penduduk Thusi tentang daerah Al Ghazalah, dan mereka mengingkari keberadaannya.” Ada yang berpendapat Al Ghazali adalah penyandaran nama kepada Ghazalah anak perempuan Ka’ab Al Akhbar, ini pendapat Al Khafaji.
Yang dijadikan sandaran para ahli nasab mutaakhirin adalah pendapat Ibnul Atsir dengan tasydid. Yaitu penyandaran nama kepada pekerjaan dan keahlian bapak dan kakeknya (Diringkas dari penjelasan pentahqiq kitab Thabaqat Asy Syafi'iyah dalam catatan kakinya 6/192-192). Dilahirkan di kota Thusi tahun 450 H dan memiliki seorang saudara yang bernama Ahmad (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A'lam Nubala' 19/326 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/193 dan 194).

Kehidupan dan Perjalanannya Menuntut Ilmu

Ayah beliau adalah seorang pengrajin kain shuf (yang dibuat dari kulit domba) dan menjualnya di kota Thusi. Menjelang wafat dia mewasiatkan pemeliharaan kedua anaknya kepada temannya dari kalangan orang yang baik. Dia berpesan, “Sungguh saya menyesal tidak belajar khat (tulis menulis Arab) dan saya ingin memperbaiki apa yang telah saya alami pada kedua anak saya ini. Maka saya mohon engkau mengajarinya, dan harta yang saya tinggalkan boleh dihabiskan untuk keduanya.”

Setelah meninggal, maka temannya tersebut mengajari keduanya ilmu, hingga habislah harta peninggalan yang sedikit tersebut. Kemudian dia meminta maaf tidak dapat melanjutkan wasiat orang tuanya dengan harta benda yang dimilikinya. Dia berkata, “Ketahuilah oleh kalian berdua, saya telah membelanjakan untuk kalian dari harta kalian. Saya seorang fakir dan miskin yang tidak memiliki harta. Saya menganjurkan kalian berdua untuk masuk ke madrasah seolah-olah sebagai penuntut ilmu. Sehingga memperoleh makanan yang dapat membantu kalian berdua.”

Lalu keduanya melaksanakan anjuran tersebut. Inilah yang menjadi sebab kebahagiaan dan ketinggian mereka. Demikianlah diceritakan oleh Al Ghazali, hingga beliau berkata, “Kami menuntut ilmu bukan karena Allah ta’ala , akan tetapi ilmu enggan kecuali hanya karena Allah ta’ala.” (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/193-194).

Beliau pun bercerita, bahwa ayahnya seorang fakir yang shalih. Tidak memakan kecuali hasil pekerjaannya dari kerajinan membuat pakaian kulit. Beliau berkeliling mengujungi ahli fikih dan bermajelis dengan mereka, serta memberikan nafkah semampunya. Apabila mendengar perkataan mereka (ahli fikih), beliau menangis dan berdoa memohon diberi anak yang faqih. Apabila hadir di majelis ceramah nasihat, beliau menangis dan memohon kepada Allah ta’ala untuk diberikan anak yang ahli dalam ceramah nasihat.
Kiranya Allah mengabulkan kedua doa beliau tersebut. Imam Al Ghazali menjadi seorang yang faqih dan saudaranya (Ahmad) menjadi seorang yang ahli dalam memberi ceramah nasihat (Dinukil dari Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/194).

Imam Al Ghazali memulai belajar di kala masih kecil. Mempelajari fikih dari Syaikh Ahmad bin Muhammad Ar Radzakani di kota Thusi. Kemudian berangkat ke Jurjan untuk mengambil ilmu dari Imam Abu Nashr Al Isma’ili dan menulis buku At Ta’liqat. Kemudian pulang ke Thusi (Lihat kisah selengkapnya dalam Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/195).
Beliau mendatangi kota Naisabur dan berguru kepada Imam Haramain Al Juwaini dengan penuh kesungguhan. Sehingga berhasil menguasai dengan sangat baik fikih mazhab Syafi’i dan fikih khilaf, ilmu perdebatan, ushul, manthiq, hikmah dan filsafat. Beliau pun memahami perkataan para ahli ilmu tersebut dan membantah orang yang menyelisihinya. Menyusun tulisan yang membuat kagum guru beliau, yaitu Al Juwaini (Lihat Adz Dzahabi, Siyar A'lam Nubala' 19/323 dan As Subki, Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/191).

Setelah Imam Haramain meninggal, berangkatlah Imam Ghazali ke perkemahan Wazir Nidzamul Malik. Karena majelisnya tempat berkumpul para ahli ilmu, sehingga beliau menantang debat kepada para ulama dan mengalahkan mereka. Kemudian Nidzamul Malik mengangkatnya menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad dan memerintahkannya untuk pindah ke sana. Maka pada tahun 484 H beliau berangkat ke Baghdad dan mengajar di Madrasah An Nidzamiyah dalam usia tiga puluhan tahun. Disinilah beliau berkembang dan menjadi terkenal. Mencapai kedudukan yang sangat tinggi.

Pengaruh Filsafat Dalam Dirinya

Pengaruh filsafat dalam diri beliau begitu kentalnya. Beliau menyusun buku yang berisi celaan terhadap filsafat, seperti kitab At Tahafut yang membongkar kejelekan filsafat. Akan tetapi beliau menyetujui mereka dalam beberapa hal yang disangkanya benar. Hanya saja kehebatan beliau ini tidak didasari dengan ilmu atsar dan keahlian dalam hadits-hadits Nabi yang dapat menghancurkan filsafat. Beliau juga gemar meneliti kitab Ikhwanush Shafa dan kitab-kitab Ibnu Sina. Oleh karena itu, Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Al Ghazali dalam perkataannya sangat dipengaruhi filsafat dari karya-karya Ibnu Sina dalam kitab Asy Syifa’, Risalah Ikhwanish Shafa dan karya Abu Hayan At Tauhidi." (Majmu' Fatawa 6/54).
Hal ini jelas terlihat dalam kitabnya Ihya' Ulumuddin. Sehingga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Perkataannya di Ihya Ulumuddin pada umumnya baik. Akan tetapi di dalamnya terdapat isi yang merusak, berupa filsafat, ilmu kalam, cerita bohong sufiyah dan hadits-hadits palsu." (Majmu' Fatawa 6/54).

Demikianlah Imam Ghazali dengan kejeniusan dan kepakarannya dalam fikih, tasawuf dan ushul, tetapi sangat sedikit pengetahuannya tentang ilmu hadits dan sunah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang seharusnya menjadi pengarah dan penentu kebenaran. Akibatnya beliau menyukai filsafat dan masuk ke dalamnya dengan meneliti dan membedah karya-karya Ibnu Sina dan yang sejenisnya, walaupun beliau memiliki bantahan terhadapnya. Membuat beliau semakin jauh dari ajaran Islam yang hakiki.

Adz Dzahabi berkata, "Orang ini (Al Ghazali) menulis kitab dalam mencela filsafat, yaitu kitab At Tahafut. Dia membongkar kejelekan mereka, akan tetapi dalam beberapa hal menyetujuinya, dengan prasangka hal itu benar dan sesuai dengan agama. Beliau tidaklah memiliki ilmu tentang atsar dan beliau bukanlah pakar dalam hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang dapat mengarahkan akal. Beliau senang membedah dan meneliti kitab Ikhwanush Shafa. Kitab ini merupakan penyakit berbahaya dan racun yang mematikan. Kalaulah Abu Hamid bukan seorang yang jenius dan orang yang mukhlis, niscaya dia telah binasa." (Siyar A'lam Nubala 19/328).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, "Abu Hamid condong kepada filsafat. Menampakkannya dalam bentuk tasawuf dan dengan ibarat Islami (ungkapan syar'i). Oleh karena itu para ulama muslimin membantahnya. Hingga murid terdekatnya, (yaitu) Abu Bakar Ibnul Arabi mengatakan, "Guru kami Abu Hamid masuk ke perut filsafat, kemudian ingin keluar dan tidak mampu." (Majmu' Fatawa 4/164).

Polemik Kejiwaan Imam Ghazali

Kedudukan dan ketinggian jabatan beliau ini tidak membuatnya congkak dan cinta dunia. Bahkan dalam jiwanya berkecamuk polemik (perang batin) yang membuatnya senang menekuni ilmu-ilmu kezuhudan. Sehingga menolak jabatan tinggi dan kembali kepada ibadah, ikhlas dan perbaikan jiwa. Pada bulan Dzul Qai’dah tahun 488 H beliau berhaji dan mengangkat saudaranya yang bernama Ahmad sebagai penggantinya.
Pada tahun 489 H beliau masuk kota Damaskus dan tinggal beberapa hari. Kemudian menziarahi Baitul Maqdis beberapa lama, dan kembali ke Damaskus beri’tikaf di menara barat masjid Jami’ Damaskus. Beliau banyak duduk di pojok tempat Syaikh Nashr bin Ibrahim Al Maqdisi di masjid Jami’ Umawi (yang sekarang dinamai Al Ghazaliyah). Tinggal di sana dan menulis kitab Ihya Ulumuddin, Al Arba’in, Al Qisthas dan kitab Mahakkun Nadzar. Melatih jiwa dan mengenakan pakaian para ahli ibadah. Beliau tinggal di Syam sekitar 10 tahun.
Ibnu Asakir berkata, "Abu Hamid rahimahullah berhaji dan tinggal di Syam sekitar 10 tahun. Beliau menulis dan bermujahadah dan tinggal di menara barat masjid Jami' Al Umawi. Mendengarkan kitab Shahih Bukhari dari Abu Sahl Muhammad bin Ubaidilah Al Hafshi." (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala 6/34).

Disampaikan juga oleh Ibnu Khallakan dengan perkataannya, "An Nidzam (Nidzam Mulk) mengutusnya untuk menjadi pengajar di madrasahnya di Baghdad tahun 484 H. Beliau tinggalkan jabatannya pada tahun 488 H. Lalu menjadi orang yang zuhud, berhaji dan tinggal menetap di Damaskus beberapa lama. Kemudian pindah ke Baitul Maqdis, lalu ke Mesir dan tinggal beberapa lama di Iskandariyah. Kemudian kembali ke Thusi." (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala 6/34).

Ketika Wazir Fakhrul Mulk menjadi penguasa Khurasan, beliau dipanggil hadir dan diminta tinggal di Naisabur. Sampai akhirnya beliau datang ke Naisabur dan mengajar di madrasah An Nidzamiyah beberapa saat. Setelah beberapa tahun, pulang ke negerinya dengan menekuni ilmu dan menjaga waktunya untuk beribadah. Beliau mendirikan satu madrasah di samping rumahnya dan asrama untuk orang-orang shufi. Beliau habiskan sisa waktunya dengan mengkhatam Al Qur'an, berkumpul dengan ahli ibadah, mengajar para penuntut ilmu dan melakukan shalat dan puasa serta ibadah lainnya sampai meninggal dunia.

Masa Akhir Kehidupannya

Akhir kehidupan beliau dihabiskan dengan kembali mempelajari hadits dan berkumpul dengan ahlinya. Berkata Imam Adz Dzahabi, "Pada akhir kehidupannya, beliau tekun menuntut ilmu hadits dan berkumpul dengan ahlinya serta menelaah shahihain (Shahih Bukhari dan Muslim). Seandainya beliau berumur panjang, niscaya dapat menguasai semuanya dalam waktu singkat. Beliau belum sempat meriwayatkan hadits dan tidak memiliki keturunan kecuali beberapa orang putri."

Abul Faraj Ibnul Jauzi menyampaikan kisah meninggalnya beliau dalam kitab Ats Tsabat Indal Mamat, menukil cerita Ahmad (saudaranya); Pada subuh hari Senin, saudaraku Abu Hamid berwudhu dan shalat, lalu berkata, "Bawa kemari kain kafan saya." Lalu beliau mengambil dan menciumnya serta meletakkannya di kedua matanya, dan berkata, "Saya patuh dan taat untuk menemui Malaikat Maut." Kemudian beliau meluruskan kakinya dan menghadap kiblat. Beliau meninggal sebelum langit menguning (menjelang pagi hari). (Dinukil oleh Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam Nubala 6/34). Beliau wafat di kota Thusi, pada hari Senin tanggal 14 Jumada Akhir tahun 505 H dan dikuburkan di pekuburan Ath Thabaran (Thabaqat Asy Syafi'iyah 6/201).

Peranan Aqidah Akhlak Dalam Islam


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar belakang masalah.
Dalam kehidupan ini kita sering menjumpai istilah Akidah Akhlak .Akidah dalam artian pemikiran yang dapat di yakini kebenarannya. Dan di kuatkan dengan dalil dalil nakli.dan aqli.Sedang kan akhlak artinya budi pekerti atau akhlak
Dalam akidah ini ada tiga Faktor yang harus di ketahui yaitu : Iman , Islam, dan Ihsan ,Adapun permasalahan yang dapat penulis rumuskan dalam makalah ini adalah :
1.      Apa arti Akidah dan Akhlak.
2.      Keutamaan Akidah islam
3.      Peranan Akidah Akhlak dalam Islam.

B.     Pengertian Aqidah dan Akhlak
1.      Pengertian Akidah.
Arti aqidqh menurut bahasa adalah perjanjian atau ikatan sedangkan menurut istilah adalah pendapat atau pemikiran yang dapat di yakini kebenarannya dan dikuatkan dengan dalil-dalil aqlinya
Aqidah mengandung pokok-pokok kepercayaan yang harus di yakini kebenarannya,aqidah tersebut berdasarkan dalil-dalil tertentu,dalil aqli dan dalil nakli sebagai dasar dalam memenuhi aqidah islam secara luas perlu disebut sebagai landasanyang tersirat dalam Al-Qor’an dan Al-Hadits. Al-Qor’an dan Al-Hadits tersebut sebagai pelengkap atau sebagai penguat dari pemikiran atau pendapat.

2.      Pengertian Akhlak..
Arti Akhlak menurut bahasa adalah budi pekerti tingkah laku atau etika. Sedangkan menurut istilah adalah Sesuatu keadaan jiwa seseorang yang menimbulkan terjadinya perbuatan-perbuatan seseorang dengan mudah.
Seseorang di katakana baik apabila budi pekertinya baik sebaik baiknya seseorang di katakana buruk apabila tingkah lakunya buruk oleh karena itu,untuk mengetahui baik atau buruknya akhlak seseorang dapat dilihat dari perbuatannya atau gerak-geriknya.
Dalam Agama Islam mengajar ketentuan akhlak yang terpuji kepada imatnya baik dalam beribadah kepada Allah maupun hubungandengan sesama makhluk Allah. Orang Islam diharapkan menjadi contoh yang baik,sebab kalau tidak Allah akan menutup nilai Islam itu sendiri.Hal ini banyak di nyatakan oleh ahli pikir Islam.

C.    Keutamaan Aqidah Islam.
1.      Tujuan Aqidah Islam.
Aqidah Islam mempunyai tujuan sebagai berikut :
Percaya kepada yang ghaib,meliputi percaya kepada Allah yang menciptakan alam semesta,percaya adanya malaikat,turunya wahyu,adanya hari Akhir,sorga dan neraka
a.       Percaya kepada kitab suci yang diturunkan Allah kepada para Rasulnya.
b.      Percaya adanya qada dan qadar yaitu ketentuan baik dan buruk dari Allah
c.       Islam merangkum aqidah,ibadah dan muamalah.
d.      Dengan aqidah yang benar,akan mendorong seseorang untuk menjalankan ibadah kepada Allah dan melakukan muamalah dengan baik.apabila umat Islam telah mengerjakan aqidah ,ibadah dan muamalah secara baik dan benar, maka akan tercipta kehidupan yang adil dan sejahtera di dunia maupun di akherat.

2.      Dalil Tentang Pengertian Dasar dan Tujuan aqidah
a.       Pengertian Dasar dan Tujuan Aqidah Rasul telah berfirman kepada Al-Qur’an yang di turunkan kepadanya dari TuhanNya. Demikian pula orang-orang yang beriman semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya ( Q.S Al-Baqarah 285 )
b.      Tujuan Aqidah Islam selanjutnya yaitu manusia menjadi seorang mukmin dan taqwa kepada Allah SWT.


BAB II
PERANAN AQIDAH AKHLAK DALAM ISLAM


A.    Pengertian Perbedaan Iman, Islam dan Ihsan
1.      Pengertian Iman
Di tinjau dari segi bahasa iman adalah percaya sedang dari istilah adalah mempercayai segala apa yang di turunkan oleh Allah Swt.baik berupa wahyu berupa kenikmatan ,berupa kesehatan,agama.

2.      Pengertian Islam
Arti Islam dari segi bahasa adalah penyerahan atau selamat.sedang menurut istilah adalah agama yang mengajarkan tentang ketaatan,kepatuhan serta berserah diri kepada Allah semata.orang yang demikian disebut muslim.

3.      Pengertian Ihsan
Ihsan dari segi bahasa adalah baik,sedangkan menurut istilah adalah berbuat baik dengan niat ibadah kepada Alah secara ikhlas.

B.     Rukun – rukun iman
1.      Pengertian rukun iman
Menurut bahasa iman berarti percaya atau pengakuan yang tertanam dalam hati.Sedangkan arti islam dalam adalah menyerah ,tunduk ,mengaku baik dengan hti maupun dengan perbuatan,dan mmenurut ilmu tauhid ialah percaya yang meresap dalam hati,dengan penuh keyakinan tidak bercampur dengan syak dan ragu,erta memberi pengaruh terhadap pandangan hidup,tingkah laku dan perbuatan sehari – hari
  
2.      Keterangan pokok – pokok dalam Islam
a.       Iman kepada Allah
Iman artinya ita wjib percaya bahwa Allah itu ada. Adanya Allah
Itu wajib dan sering di sebut wajibul wujud.karena tidak mungkin alam semesta ini tercipta dengan sendirinya.alam semesta ini timbul karena ada penciptanya, yaitu Allah SWT.

b.      Iman kepada malaikat
Imam kepada malaikat artinya kita harus percaya bahwa malaikat itu makhluk Allah yang gaib dan diciptakan dari cahaya.
Malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang senantiasa yunduk dan patuh, tidak pernah membantah perintah-Nya. Malaikat merupakan makhluk yang tidak memiliki nafsu, tidak lapar ataupun tidak haus, juga tidak menginginkan kesenangan dengan lawan jenis.
Malaikat yang wajib kita ketahui ada 10, yaitu :
1.      Jibril bertugas menyampaikan wahyu
2.      Mikail yang bertugas menurunkan hujan
3.      Israfil yang bertugas meniup sangkakala
4.      Izrail yang bertugas mencabut nyawa
5.      Nunkar yang bertugas menanyai dalam kubur
6.      Nankir yang bertugas menanyai dalam kubur
7.      Rakib yang bertugas mencatat amal baik
8.      Aiti yang bertugas mencatat amal buruk
9.      Malikyang bertugas menjaga neraka
10.  Ridwan yang bertugas menjaga surge

c.       Iman kepada Kitab – Kitab Allah.
Allah telah menurunkan kitab – kitab Nya sejak dari Lauhul-mahfudz kepada para nabi dan Rasul.

d.      Iman kepada Nabi dan Rasul
Kita wajib percaya bahwa para nabi dan rasul Allah adalah manusia pilihan,di utus oleh Allah untuk menyampaikan dan pedoman hidup kepada manusia.

e.       Iman kepada Hari Akhir ( Qiamat )
Iman kepada hari akhir artinya kita wajib percaya bahwa terjadi hari Qiamat.yang dimaksud dengan hari qiamat adalah adanya hidup sesudah mati,oleh karena itu mati hanyalah pengganti sifat hidup dari Fana kepada baqa atau dari dunia kepada akherat. Artinya setelah nyawa meninggalkan badan,ia tidak akan mati lagi tetapi telah mulai menginjak alam lain yang lebih kekal yakni alam akherat.

f.       Iman kepada Qada dan Qadar
ita wajib memmpercayai bahwa segala sesuatu apa yang baik dan buruk bagi manusia maupun bagi semua makhluk itu adalah Allah Swt yang menentukan nasib baik dan buruk.

Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah Dan Diskusi Dalam Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Menurut Zakiyah Daradjat .. pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.[1]
Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara profesional dan efektif.
Mengenai kompetensi dalam cara-cara mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu merecanakan atau mampu menyususun setiap program satuan pelajaran,mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih metode yang bervariatif dan efektif.
Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran, maka akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai pembelajaran yang efektif yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sukadi bahwa .proses pembelajaran yang tidak mencapai sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak efektif.[2]
  
B.     Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini yang hendak dicapai adalah:
1.      Mengerti betapa pentingnya suatu metode pembelajaran itu sendiri
2.    Mengetahui lebih jelas tentang aspek-aspek yang dapat membuat suatu pengajaran itu berhasil dan gagal.

C.    Kegunaan Pembahasan
Yang terpenting dalam makalah ini adalah mampu memberikan kerangka teoritis maupun praktis dari nilai-nilai pembelajaran  yang ada di Negara kita.
D.    Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalam pahaman dalam memahami judul dari makalah ini, maka penulis merasa berkepentingan untuk menegaskan judul dari makalah ini adapun judul dari makalah ini adalah Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah Dan Diskusi Dalam Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak

                                                                           
BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Metode Ceramah
1.   Pengertian Metode Ceramah
Yang dimaksud metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuahmateri pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramahadalah .teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikanoleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaianbahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan. Pengertian senada juga diungkapkan oleh Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatucara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok.[3] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara belajar mengajar yangmenekankan pada pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajaraktif, pelajar pasif).[4]
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran kepadasiswa secara lisan. Adapun gambaran penggunaan metode ini dikemukakan Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa .dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip iktisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Sejak zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah saw dalam penyampaian wahyu kepada umat. Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebihdominan. Sementara siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw bersabda: Yang Artinya: .Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat..
Menurut M. Basyiruddin Usman, metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas apabila:
a.       Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi;
b.      Jumlah siswanya terlalu banyak;
c.       Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa dan dapat merangsang siswa.

2.   Kelebihan Metode Ceramah
a.       Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif.
b.      Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan.
c.       Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
d.      Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
e.       Dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam belajar;
f.       Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja, sedangkan bila waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.

3.   Kelemahan Metode Ceramah
a.       Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru).
b.      Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.
c.       Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru.
d.      Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-istilah yang kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada verbalisme.
e.       Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah. Karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti fikiran guru.
f.       Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat.
g.      Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif.
h.      Bila guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kempuan penerimaan siswa.
i.        Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, kerena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur.10

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut seorang guru harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut:
a.       Untuk menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif.
b.      Selingilah metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik.
c.       Susunlah ceramah secara sistematis.
d.      Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya.
e.       Carilah umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.

 B.     Metode Dikusi
1.   Pengertian Metode Diski
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah .Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi..12 Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada dasarnyaadalah .Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.[5] Sedangkan menurut Zuhairini dkk., yang diaksud metode diskusi ..ialah suatu metode didalam mempelajaribahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehinggaberakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.[6]
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan jalan bertukarpikiran atau mendiskusikannya, baik antara guru dengan siswa ataupun sesama siswa.
Seiring dengan itu, metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif terbaik).
Dari beberapa jawaban atau jalan keluar yang ada bagaimana mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada pada kita. Jadi, metode diskusi tidak hanya percakapan atau debat, melainkan carauntuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dihadapi.
  
2.   Kelebihan Metode Diskusi
a.   Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain:
b.   Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
c.   Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
d.   Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
e.    Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.
f.       Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
g.      Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.

3.   Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekuarangan penggunaan metode diskusi antara lain:
a.    Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
b.      Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari faktafakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.
c.       Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
d.      Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[7]

Kelemahan lain dalam metode diskusi adalah kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif dan tidak acuh. Dalam hal demikian guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran.
b.      Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru.
c.       Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi.
d.      Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya.
e.       Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

C.    Pelajaran Aqidah Akhlak
1.      Pengertian Pelajaran Aqidah akhlak
Pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yangdiajarkan disekolah formal dan merupakan rumpun mata pelajaran PendidikanAgama Islam (PAI). Secara etimologi (bahasa) kata .aqidah akhlak. terdiri daridua kata .aqidah. dan .akhlak.. Kata aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti kepercayaan atau keyakinan.[8]
Sedangkan secara terminologi (istilah) aqidah berarti segala keyakinan yang ditetapkan oleh Islam yang disertai oleh dalil-dalil yang pasti.[9]  Hal-hal yang termasuk di dalam pembahasan aqidah yaitu tentang Tuhan dan segala sifat-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta, seperti terjadinya alam.
Adapun pengertian akhlak secara etimologi adalah berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata yang berasal dari kata dengan bentuk jamaknya yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi.at.[10] Ibnu Athir menjelaskan bahwa hakekat makna itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (jiwa dan sifatnya) sedangkan merupakan gambaran bentuk luasnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).[11]
Secara terminologi ada beberapa definisi akhlak yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a.       Imam Ghozali
.Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[12]
b.      Ibnu Miskawaih
.Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.[13]
c.        Abu Bakar Aceh
.Akhlak adalah suatu sikap yang digerakan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia baik terhadap Tuhan maupun sesama manusia serta terhadap diri sendiri.24 Melihat pengertian aqidah akhlak yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran aqidah akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah formal dan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang didalamnya mencakup persoalan keimanan dan budi pekerti yang dapat mengembangkan kepribadian peserta didik.[14]

2.      Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak
Aqidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama Islam. Maka tujuan umum pendidikan aqidah akhlak sesuai dengan tujuan umum pendidikan agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik ke jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya.[15]  Hal ini sesuai dengan firman Allah, yang Artinya : .Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku.. (Q.S. Adz-Dzariyat : 56).
Sedangkan tujuan khusus pelajaran aqidah akhlak menurut Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam adalah sebagai berikut:
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaanya kepada Allah swt seta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[16]
Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pelajaran aqidah akhlak searah dengan tujuan nasional yaitu: .Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.[17]

3.      Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak yang terdapat di madrasah aliyah memiliki isi bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan peserta didik untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah serta pengalaman dan pembiasaan berakhlak Islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang berikutnya.
Adapun ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak di dalam kurikulum 2004 untuk madrasah aliyah ada tiga aspek, yaitu:

a.       Aspek Aqidah
Aspek aqidah ini meliputi sub-sub aspek: kebenaran aqidah Islam, hubungan aqidah, akhlak, ke-Esaan Allah swt, Allah Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pengampun dan Penyantun, Maha Benar dan Maha.[18] Adil.Dari beberapa sub aqidah ini tentu saja dengan menggunakan argumen dalil-dalil aqli dan naqli. Selain itu juga meyakini bahwa, .Muhammad saw adalah rosul terakhir, meyakini kebenaran Al-Qur.an dengan dalil aqli dan naqli. Meyakini qodlo dan qodar, hubungan usaha dan do.a, hubungan prilaku manusia dengan terjadinya bencana alam.[19]

b.      Aspek Akhlak
Adapun yang menjadi aspek akhlak diantaranya: .Beradab secara Islam dalam bemusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji kepada orang tua, guru, ulil amri, dan waliyullah.[20] Hal ini memiliki tujuan untuk memperkokoh integrasi dan kredibilitas pribadi, memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia melanjutkan misi utama rosul dalam membawa perdamaian, terbiasa menghindari akhlak tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara seperti membunuh, merampok, mencuri, menyebar fitnah, membuat kekerasan, mengkonsumsi atau mengedarkan narkoba dan malas bekerja.

c.       Aspek Kisah Keteladanan
Aspek kisah keteladanan diantaranya mengapresiasi dan meneladani sifat dan prilaku sahabat utama Rosulullah saw dengan landasan agama yang kuat.[21] Ketiga  aspek diatas merupakan bagian dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam yang bersumber dari Al-Qur.an dan Al-Hadits. Oleh karena itu diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan memiliki akhlak yang mulia sebagaimana akhlak para nabi dan rosul.
  
  
BAB III
ANALISIS

A.    HASILPENELITIAN
DI MA MINAT KESUGIHAN CILACAP
KELAS XI
Untuk melaksanakan tugas guna meningkatkan proses belajar mengajar, guru mempunyai kedudukan sebagi figure sentral. Di tangan para gurulah berhasil atau tidaknya pencapaian maksimal pada proses belajar mengajar di sekolah, serta pada tangan merekalah masa depan karier peserta didik yang menjadi tumpuan orang tuanya serata bangsa Indonesia ini.
Agar guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik, hendaknya seorang guru memahami dan menguasai komponen-komponen dalam mengajar, komponen tersebut adalah:
a.    Guru harus berusaha mengembangkan diri peserta didiknya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuan yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya.
b.   Tujuan (yaitu apa yang diharapkan) yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan serta kebutuhan yang harus dipenuhi dan system nilai yang harus tampak pada prilaku dan merupakan karakteristik, kpribadian peserta didik (seperti yang ditetapkan oleh peserta didik, guru, atau masyarakat) yang seyogyanya harus diterjemahkan kedalam berbagai bentuk kegiatan.
c.    Guru yang selalu selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat sehingga memungkinkan terjadinaya proses pengalaman belajar pada diri peserta didik dengan mengerahkan segala sumber dan menggunakan starategi belajar mengajar yang tepat.[22]
Sebagi suatu proses pengaturan kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu yang menurut Edi Suwardi sebagi berikut:
1.   Belajar mengajar memiliki tujuan yakni membentuk anak didik dalam perkembangan tertentu, inilah yang dimaksud dengan belajar mengajar yang sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagi pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, sedangkan unsure lainya sebagi pengantar dan pendukung.[23]
2.   Ada suatu suatu prosedur (jalan interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakuakan dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relavan. Untuk mencapi tujuan yang satu dengan yang lain mungkin akan membutuhkan prosedur atau desain yang berbeda pula.
3.   Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan yang khusus dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apabila komponen anak didik juga merupakan sentral.
4.   Di tandai dengan aktifitas anak didik. Sebagi konsekwensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktifitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif.
5.   Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagi fasilitator. Dalam perananya sebagai fasilitatot, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motifasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif, guru harus siap sebagi mediator dalam situasi belajr mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang ditiru tingkah lakunya oleh anak didik, guru (akan lebih baik bersama anak didik)
6.   Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan duatu kedisiplinan. Disiplplin dalam kegiatan belajr mengajar ini diarikan sebagi suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme kontrak dari ketaatan dari ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur, jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indicator pelanggaran disiplin.[24]
7.   Ada batas waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi sebuah cirri yang tidak bias ditinggalkan setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.
8.   Evaluasi dari seluruh kegiatan diatas, masa;ah evaluasi adalah bagian penting yang bias diabaikan setelah guru melakuakan hal yang untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang sudah ditentukan.[25]
Dari hasil obsevasi yang telah kami lakukan dapat kami paparkan beberapa hal sebagi berikut:
Guru lebih banyak menyampaikan informasi (cramah) atau keterangan yang ada pada buku panduan (sumber buku), padahal tugas utama guru adalah: mengelola proses belajar dalam satu lingkungan tertentu, yaitu sekolah, maka dari itu seorang guru harus mempunyai sekil dan pengalaman serat SDM, akan tetapi, mungkin karna di karnakan factor keterbatasan waktu atau karna siswa yang tidak menjalankan kontarak belajar yang telah dibuat, serta kurangnya sangsi tegas bagi yang melangga idikator kedisiplinan, sehingga siswa yang seharusnya satu ruangan itu berisi 30 siswa namun karna dirasa system yang ada kurang begitu diperketat sehingga yang hadir hanya setengahnya saja, jadi dalam penyampaian proses belajar mengajar kurang maksimal bahkan bias dikatakan tidak maksimal.
Nah untuk pemanfaatan media pembelajaran seperti halnya papan tulis itupun tidak berfungsi sebagi mana mestinya dan selayaknya papan tulis, kecuali untuk materi-materi tertentu, padahal pada hakekatnya seorang guru harus memakai media pendidikan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan belajar mengajar dan pengaplikasian metode-metode yang dipakainya dengan daya guna media pendidikan.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...