BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Keberhasilan
seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi
oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada
faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi
secara profesional dan efektif. Menurut Zakiyah Daradjat .. pada dasarnya ada tiga kompetensi yang
harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan
atas bahan, dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.[1]
Ketiga
kompetensi tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam
kepribadian guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga kompetensi dasar
tersebut seorang guru dapat mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya
dalam mengajar secara profesional dan efektif.
Mengenai
kompetensi dalam cara-cara mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu
merecanakan atau mampu menyususun setiap program satuan pelajaran,mempergunakan
dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih metode yang bervariatif
dan efektif.
Ketepatan
seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu
pembelajaran akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu
tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan
seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu
pembelajaran, maka akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai pembelajaran
yang efektif yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal
ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sukadi bahwa .proses pembelajaran yang tidak mencapai
sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak efektif.[2]
B.
Tujuan Pembahasan
Adapun
tujuan pembahasan dari makalah ini yang hendak dicapai adalah:
1. Mengerti betapa pentingnya suatu
metode pembelajaran itu
sendiri
2. Mengetahui lebih jelas tentang
aspek-aspek yang dapat membuat suatu pengajaran itu berhasil dan gagal.
C.
Kegunaan Pembahasan
Yang
terpenting dalam makalah ini adalah mampu memberikan kerangka teoritis maupun
praktis dari nilai-nilai pembelajaran yang ada
di Negara kita.
D.
Penegasan Judul
Untuk
menghindari kesalam pahaman dalam memahami judul dari makalah ini, maka penulis
merasa berkepentingan untuk menegaskan judul dari makalah ini adapun judul dari
makalah ini adalah “Perbandingan
Penggunaan Metode Ceramah Dan Diskusi Dalam Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak “
BAB II
KAJIAN
TEORI
A. Metode
Ceramah
1.
Pengertian
Metode Ceramah
Yang
dimaksud metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuahmateri pelajaran dengan
cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Adapun menurut M.
Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramahadalah .teknik penyampaian pesan pengajaran yang
sudah lazim disampaikanoleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai
suatu cara penyampaianbahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan. Pengertian senada juga diungkapkan oleh
Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatucara penyampaian
bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok.[3]
Sedangkan
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan
metode ceramah adalah cara belajar mengajar yangmenekankan pada pemberitahuan
satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajaraktif, pelajar pasif).[4]
Dari
beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran kepadasiswa secara
lisan. Adapun gambaran penggunaan metode ini dikemukakan Zakiyah Daradjat dalam
bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa .dalam metode ceramah ini murid duduk,
melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu
adalah benar, murid mengutip iktisar ceramah semampu murid itu sendiri dan
menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Sejak
zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan
Rasulullah saw dalam penyampaian wahyu kepada umat. Karakteristik yang menonjol
dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebihdominan. Sementara siswa
lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dalam sebuah
hadits, Nabi Muhammad saw bersabda: Yang Artinya: .Sampaikanlah
dariku walaupun satu ayat..
Menurut
M. Basyiruddin Usman, metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas
apabila:
a. Pesan
yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi;
b. Jumlah
siswanya terlalu banyak;
c.
Guru adalah seorang pembicara yang baik,
berwibawa dan dapat merangsang siswa.
2.
Kelebihan
Metode Ceramah
a. Suasana
kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama,
sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif.
b. Tidak
membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat
murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan.
c. Pelajaran
bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan
bahan yang banyak.
d. Melatih
para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat
menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
e. Dapat
memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam belajar;
f. Fleksibel
dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas
maka dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja, sedangkan bila waktu
masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.
3.
Kelemahan
Metode Ceramah
a. Interaksi
cenderung bersifat centered (berpusat pada guru).
b. Guru
kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan
ceramah.
c. Mungkin
saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang
dimaksudkan guru.
d. Siswa
kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi
istilah-istilah yang kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah
kepada verbalisme.
e. Tidak
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah. Karena siswa hanya
diarahkan untuk mengikuti fikiran guru.
f. Kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan kesempatan
mengeluarkan pendapat.
g. Guru
lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif.
h. Bila
guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas,
menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kempuan penerimaan siswa.
i.
Cenderung membosankan dan perhatian
siswa berkurang, kerena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis
siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur.10
Untuk
mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut seorang guru harus mengusahakan hal-hal
sebagai berikut:
a. Untuk
menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya
diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang
memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif.
b. Selingilah
metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta
didik.
c. Susunlah
ceramah secara sistematis.
d. Mengulang
kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa
yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya.
e. Carilah
umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.
B. Metode
Dikusi
1.
Pengertian
Metode Diski
Di
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan
metode diskusi adalah .Cara
belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru,
murid dengan murid sebagai peserta diskusi..12
Namun
tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Menurut
Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada dasarnyaadalah .Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur
dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk
mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu
masalah.[5]
Sedangkan
menurut Zuhairini dkk., yang diaksud metode diskusi ..ialah suatu metode didalam
mempelajaribahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya,
sehinggaberakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.[6]
Dari
beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan
metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan jalan
bertukarpikiran atau mendiskusikannya, baik antara guru dengan siswa ataupun
sesama siswa.
Seiring
dengan itu, metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau
mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang
kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja,
tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik
(alternatif terbaik).
Dari
beberapa jawaban atau jalan keluar yang ada bagaimana mendapatkan jawaban yang
paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada pada kita.
Jadi, metode diskusi tidak hanya percakapan atau debat, melainkan carauntuk
mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dihadapi.
2.
Kelebihan
Metode Diskusi
a. Menurut
Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
(Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode
diskusi adalah antara lain:
b. Suasana
kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada
masalah yang sedang didiskusikan.
c. Dapat
menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi,
berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
d. Kesimpulan
hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir
sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
e. Siswa
dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya
dalam suatu musyawarah.
f. Membantu
murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
g. Tidak
terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan
sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan
alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.
3.
Kelemahan
Metode Diskusi
Menurut
Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan
bahwa kekuarangan penggunaan metode diskusi antara lain:
a. Kadang-kadang
bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan,
bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang
panjang.
b. Dalam
diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari faktafakta; dan
tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.
c. Tidak
dapat dipakai pada kelompok yang besar.
Kelemahan
lain dalam metode diskusi adalah kadang-kadang ada siswa yang memonopoli
pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif dan tidak acuh. Dalam hal demikian
guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh
siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif
dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Pimpinan
diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran.
b. Pimpinan
diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru.
c. Guru
mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi.
d. Mengusahakan
supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar
mendengarkan pendapat temannya.
e. Mengoptimalkan
waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
C. Pelajaran
Aqidah Akhlak
1.
Pengertian
Pelajaran Aqidah akhlak
Pelajaran
aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yangdiajarkan disekolah
formal dan merupakan rumpun mata pelajaran PendidikanAgama Islam (PAI). Secara
etimologi (bahasa) kata .aqidah
akhlak. terdiri daridua kata .aqidah.
dan
.akhlak.. Kata aqidah berasal dari bahasa Arab
yang berarti kepercayaan atau keyakinan.[8]
Sedangkan
secara terminologi (istilah) aqidah berarti segala keyakinan yang ditetapkan
oleh Islam yang disertai oleh dalil-dalil yang pasti.[9]
Hal-hal yang termasuk
di dalam pembahasan aqidah yaitu tentang Tuhan dan segala sifat-Nya serta
hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta, seperti terjadinya alam.
Adapun
pengertian akhlak secara etimologi adalah berasal dari bahasa Arab, yaitu
bentuk jamak dari kata yang berasal dari kata dengan bentuk jamaknya yang
berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi.at.[10]
Ibnu
Athir menjelaskan bahwa hakekat makna itu ialah gambaran batin manusia yang
tepat (jiwa dan sifatnya) sedangkan merupakan gambaran bentuk luasnya (raut
muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).[11]
Secara
terminologi ada beberapa definisi akhlak yang telah dikemukakan oleh para ahli,
diantaranya:
a. Imam
Ghozali
.Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan mudah
tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[12]
b. Ibnu
Miskawaih
.Akhlak
adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan
tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.[13]
c. Abu Bakar Aceh
.Akhlak
adalah suatu sikap yang digerakan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan
perbuatan manusia baik terhadap Tuhan maupun sesama manusia serta terhadap diri
sendiri.24
Melihat
pengertian aqidah akhlak yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa pelajaran aqidah akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan di
sekolah formal dan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
yang didalamnya mencakup persoalan keimanan dan budi pekerti yang dapat
mengembangkan kepribadian peserta didik.[14]
2.
Tujuan
Pelajaran Aqidah Akhlak
Aqidah
akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama Islam. Maka
tujuan umum pendidikan aqidah akhlak sesuai dengan tujuan umum pendidikan agama
Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan agama Islam
adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya
mempersiapkan peserta didik ke jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia.
Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara
total kepadaNya.[15]
Hal ini sesuai dengan
firman Allah, yang Artinya : .Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi
kepada-Ku.. (Q.S.
Adz-Dzariyat : 56).
Sedangkan
tujuan khusus pelajaran aqidah akhlak menurut Direktorat Jendral Kelembagaan
Agama Islam adalah sebagai berikut:
Untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam
akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan,
penghayatan serta pengamalan peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas
keimanan dan ketakwaanya kepada Allah swt seta berakhlak mulia dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[16]
Dari
kutipan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pelajaran aqidah akhlak searah
dengan tujuan nasional yaitu: .Tujuan
pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti
luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab,
mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.[17]
3.
Ruang
Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang
lingkup pelajaran aqidah akhlak yang terdapat di madrasah aliyah memiliki isi
bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan peserta didik
untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah serta pengalaman dan pembiasaan
berakhlak Islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari
serta sebagai bekal untuk jenjang berikutnya.
Adapun
ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak di dalam kurikulum 2004 untuk madrasah
aliyah ada tiga aspek, yaitu:
a. Aspek
Aqidah
Aspek
aqidah ini meliputi sub-sub aspek: kebenaran aqidah Islam, hubungan aqidah,
akhlak, ke-Esaan Allah swt, Allah Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih dan
Penyayang, Maha Pengampun dan Penyantun, Maha Benar dan Maha.[18]
Adil.Dari beberapa sub aqidah ini tentu saja dengan menggunakan argumen
dalil-dalil aqli dan naqli. Selain itu juga meyakini bahwa, .Muhammad saw adalah rosul terakhir,
meyakini kebenaran Al-Qur.an
dengan dalil aqli dan naqli. Meyakini qodlo dan qodar, hubungan usaha dan do.a, hubungan prilaku manusia dengan
terjadinya bencana alam.[19]
b. Aspek
Akhlak
Adapun
yang menjadi aspek akhlak diantaranya: .Beradab
secara Islam dalam bemusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji
kepada orang tua, guru, ulil amri, dan waliyullah.[20]
Hal
ini memiliki tujuan untuk memperkokoh integrasi dan kredibilitas pribadi, memperkokoh
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia melanjutkan misi
utama rosul dalam membawa perdamaian, terbiasa menghindari akhlak tercela yang
dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara seperti
membunuh, merampok, mencuri, menyebar fitnah, membuat kekerasan, mengkonsumsi
atau mengedarkan narkoba dan malas bekerja.
c. Aspek
Kisah Keteladanan
Aspek
kisah keteladanan diantaranya mengapresiasi dan meneladani sifat dan prilaku
sahabat utama Rosulullah saw dengan landasan agama yang kuat.[21] Ketiga
aspek diatas merupakan bagian dari
ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam yang bersumber dari Al-Qur.an dan Al-Hadits. Oleh karena itu diharapkan
dapat membentuk peserta didik menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan
memiliki akhlak yang mulia sebagaimana akhlak para nabi dan rosul.
BAB
III
ANALISIS
A.
HASILPENELITIAN
DI
MA MINAT KESUGIHAN CILACAP
KELAS
XI
Untuk
melaksanakan tugas guna meningkatkan proses belajar mengajar, guru mempunyai
kedudukan sebagi figure sentral. Di tangan para gurulah berhasil atau tidaknya
pencapaian maksimal pada proses belajar mengajar di sekolah, serta pada tangan
merekalah masa depan karier peserta didik yang menjadi tumpuan orang tuanya
serata bangsa Indonesia ini.
Agar
guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik, hendaknya seorang guru memahami
dan menguasai komponen-komponen dalam mengajar, komponen tersebut adalah:
a. Guru
harus berusaha mengembangkan diri peserta didiknya seoptimal mungkin melalui
berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuan yang sesuai dengan tahapan
perkembangan yang dijalaninya.
b. Tujuan
(yaitu apa yang diharapkan) yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan
serta kebutuhan yang harus dipenuhi dan system nilai yang harus tampak pada
prilaku dan merupakan karakteristik, kpribadian peserta didik (seperti yang
ditetapkan oleh peserta didik, guru, atau masyarakat) yang seyogyanya harus
diterjemahkan kedalam berbagai bentuk kegiatan.
c. Guru
yang selalu selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat sehingga
memungkinkan terjadinaya proses pengalaman belajar pada diri peserta didik
dengan mengerahkan segala sumber dan menggunakan starategi belajar mengajar
yang tepat.[22]
Sebagi
suatu proses pengaturan kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari
cirri-ciri tertentu yang menurut Edi Suwardi sebagi berikut:
1. Belajar
mengajar memiliki tujuan yakni membentuk anak didik dalam perkembangan
tertentu, inilah yang dimaksud dengan belajar mengajar yang sadar akan tujuan,
dengan menempatkan anak didik sebagi pusat perhatian. Anak didik mempunyai
tujuan, sedangkan unsure lainya sebagi pengantar dan pendukung.[23]
2. Ada
suatu suatu prosedur (jalan interaksi) yang direncanakan, di desain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat mencapai tujuan secara
optimal, maka dalam melakuakan dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur,
atau langkah-langkah sistematik dan relavan. Untuk mencapi tujuan yang satu
dengan yang lain mungkin akan membutuhkan prosedur atau desain yang berbeda
pula.
3. Kegiatan
belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan yang khusus dalam hal ini
materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan.
Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang
lain, apabila komponen anak didik juga merupakan sentral.
4. Di
tandai dengan aktifitas anak didik. Sebagi konsekwensi, bahwa anak didik
merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar.
Aktifitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental,
aktif.
5. Dalam
kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagi fasilitator. Dalam perananya
sebagai fasilitatot, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motifasi,
agar terjadi proses interaksi yang kondusif, guru harus siap sebagi mediator
dalam situasi belajr mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang ditiru
tingkah lakunya oleh anak didik, guru (akan lebih baik bersama anak didik)
6. Dalam
kegiatan belajar mengajar membutuhkan duatu kedisiplinan. Disiplplin dalam
kegiatan belajr mengajar ini diarikan sebagi suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru
maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme kontrak dari ketaatan dari ketentuan
atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur, jadi,
langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah digariskan.
Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indicator pelanggaran disiplin.[24]
7. Ada
batas waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas
(kelompok anak didik), batas waktu menjadi sebuah cirri yang tidak bias
ditinggalkan setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus
sudah tercapai.
8. Evaluasi
dari seluruh kegiatan diatas, masa;ah evaluasi adalah bagian penting yang bias diabaikan
setelah guru melakuakan hal yang untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan
pengajaran yang sudah ditentukan.[25]
Dari
hasil obsevasi yang telah kami lakukan dapat kami paparkan beberapa hal sebagi
berikut:
Guru
lebih banyak menyampaikan informasi (cramah) atau keterangan yang ada pada buku
panduan (sumber buku), padahal tugas utama guru adalah: mengelola proses
belajar dalam satu lingkungan tertentu, yaitu sekolah, maka dari itu seorang
guru harus mempunyai sekil dan pengalaman serat SDM, akan tetapi, mungkin karna
di karnakan factor keterbatasan waktu atau karna siswa yang tidak menjalankan
kontarak belajar yang telah dibuat, serta kurangnya sangsi tegas bagi yang
melangga idikator kedisiplinan, sehingga siswa yang seharusnya satu ruangan itu
berisi 30 siswa namun karna dirasa system yang ada kurang begitu diperketat
sehingga yang hadir hanya setengahnya saja, jadi dalam penyampaian proses
belajar mengajar kurang maksimal bahkan bias dikatakan tidak maksimal.
Nah
untuk pemanfaatan media pembelajaran seperti halnya papan tulis itupun tidak
berfungsi sebagi mana mestinya dan selayaknya papan tulis, kecuali untuk
materi-materi tertentu, padahal pada hakekatnya seorang guru harus memakai
media pendidikan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan belajar
mengajar dan pengaplikasian metode-metode yang dipakainya dengan daya guna
media pendidikan.
BAB
IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
hasil beberapa refresi dan penelitian yang dilakukan, mengenai perbandingan
metodologi ceramah dan diskusi dalam memahami pelajaran aqidah akhlak maka
dapat disimpulkan sebagi berikut:
1. Metode
yang sering digunakan dalam pengajaran aqidah akhlak umumnya adalah metode
ceramah dan metode diskusi.Meskipun penggunaan metode ceramah dan metode
diskusi tidak secara tuntas dapat mencapai tujuan yang diharapkan, namun kedua
metode tersebut cukup efektif untuk meningkatkan prestasi siswa, khususnya
dalam pengajaran aqidah akhlak.
2. Dan
metode pengajaran yang menggunakan menurut saya diskusi lebih efektif daripada
metode pengajaran ceramah dalam pengajaran aqidah akhlak. Hal ini terlihat dari
prestasi mereka lebih meningkat ketika pelajaran aqidah akhlakdisampaikan
dengan metode diskusi dibandingkan dengan metode ceramah.
B.
Saran Dan Harapan
Dalam
upaya meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam hal metodologi pengajaran
aqidah akhlak, perlu kiranya penulis memberikan sumbangan pikiran agar mutu
pendidikannya dan lebih maju lagi perkembangannya.
1. Kepala
sekolah hendaknya memberikan pengawasan yang melekat kepada guruguru, agar
mereka merasa diperhatikan sehingga terdorong untuk meningkatkan potensi
profesinya dan lebih memperkaya keterampilan mengajarnya.
2. Hendaknya
guru aqidah akhlak lebih meningkatkan keterampilan mengajarnya baik dalam
menggunakan metode ceramah maupun metode diskusi dan metodemetode yang lain,
sehingga siswa mudah menerima pengajaran aqidah akhlak dengan baik.
3. Hendaknya
para mahasiswa tarbiyah yang nantinya akan menjadi guru, harus bisa mengemas
suatu metode pembelajaran yang lebih bisa di terima oleh sisiwanya.
D.
PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat semoga
bermanfaat bagi semua kalangan termasuk diri saya sendiri,
Amin……Dengan penuh kekurangan dan kesalahan serta keterbatasan akal dan
pikiran, penulis merasa bahwa makalah ini belum
mencapai pada taraf kesempurnaan karna masih banyaknya kekurangan
disana-sini.
Walau demikian dengan penuh rasa syukur yang sebesar-besarnya terhadap
illahi rabbi yang telah memberikan taufiq, hidayah, serta inayahnya, sehingga saya dapat menyelsaikan
tugas makalah ini untuk memenuhi tuntutan sebagai seorang mahasiswa.
REFERENSI
[4] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2002), Cet. Ke-3, h. 740
[5] Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S., Pembinaan Kemampuan
Berbicara Bahasa Indonesia,(Jakarta: Erlangga, 1991), Cet. Ke-2,
h. 37
[6] H. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya:
Usaha Nasional, 1983), Cet.Ke-8, h. 89
[8] Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab
Indonesia, (Surabaya:Pustaka Progressif, 1997), h. 1024
[10] Hamzah Yaqub, Etika
Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah Suatu Pengantar, (Bandung:CV. Diponogoro, 1983), Cet. Ke-2, h. 11
[13] Abu Ali Ahmad Ibn
Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. Helmi Hidayat(Bandung: Mizan, 1994). h. 56
[15] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori Pendidikan Berdasarkan
Al-Qur.an, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005). Cet. Ke-III, h.133
[16] 26 Depag RI/Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum
Berbasis Kompetensi MadrasahAliyah, (Jakarta: 2004),
h. 22
[17] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum
Sekolah, (Bandung: Sinar Baru,1989) Cet. Ke-I, h. 21
[22] Pendekatan Dalam
Proses Belajar Mengajar.Hal.3. Drs. A.
tabrani rusjan atang rusdinar, B.A. Drs.
Zainal Arifin.
[25] BAB. III. Hakekat
Cirri Dan Komponen Belajar Mengajar , Drs. Syaiful Bahri Djamarah. Drs. Aswan
Zain.
mantap infonya gan
ReplyDelete