February 11, 2013

Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah Dan Diskusi Dalam Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Keberhasilan seorang guru dalam menyampaikan suatu materi pelajaran, tidak hanya dipengaruhi oleh kemampuannya dalam menguasai materi yang akan disampaikan. Akan tetapi ada faktor-faktor lain yang harus dikuasainya sehingga ia mampu menyampaikan materi secara profesional dan efektif. Menurut Zakiyah Daradjat .. pada dasarnya ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh guru yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi penguasaan atas bahan, dan kompetensi dalam cara-cara mengajar.[1]
Ketiga kompetensi tersebut harus berkembang secara selaras dan tumbuh terbina dalam kepribadian guru. Sehingga diharapkan dengan memiliki tiga kompetensi dasar tersebut seorang guru dapat mengerahkan segala kemampuan dan keterampilannya dalam mengajar secara profesional dan efektif.
Mengenai kompetensi dalam cara-cara mengajar, seorang guru dituntut untuk mampu merecanakan atau mampu menyususun setiap program satuan pelajaran,mempergunakan dan mengembangkan media pendidikan serta mampu memilih metode yang bervariatif dan efektif.
Ketepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran akan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif yaitu tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Sebaliknya ketidaktepatan seorang guru dalam memilih metode pengajaran yang efektif dalam suatu pembelajaran, maka akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mencapai pembelajaran yang efektif yaitu tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Sukadi bahwa .proses pembelajaran yang tidak mencapai sasaran, dapat dikatakan sebagai pembelajaran yang tidak efektif.[2]
  
B.     Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari makalah ini yang hendak dicapai adalah:
1.      Mengerti betapa pentingnya suatu metode pembelajaran itu sendiri
2.    Mengetahui lebih jelas tentang aspek-aspek yang dapat membuat suatu pengajaran itu berhasil dan gagal.

C.    Kegunaan Pembahasan
Yang terpenting dalam makalah ini adalah mampu memberikan kerangka teoritis maupun praktis dari nilai-nilai pembelajaran  yang ada di Negara kita.
D.    Penegasan Judul
Untuk menghindari kesalam pahaman dalam memahami judul dari makalah ini, maka penulis merasa berkepentingan untuk menegaskan judul dari makalah ini adapun judul dari makalah ini adalah Perbandingan Penggunaan Metode Ceramah Dan Diskusi Dalam Memahami Pelajaran Aqidah Akhlak

                                                                           
BAB II
KAJIAN TEORI

A.    Metode Ceramah
1.   Pengertian Metode Ceramah
Yang dimaksud metode ceramah adalah cara menyampaikan sebuahmateri pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa atau khalayak ramai. Adapun menurut M. Basyiruddin Usman yang dimaksud dengan metode ceramahadalah .teknik penyampaian pesan pengajaran yang sudah lazim disampaikanoleh para guru di sekolah. Ceramah diartikan sebagai suatu cara penyampaianbahan secara lisan oleh guru bilamana diperlukan. Pengertian senada juga diungkapkan oleh Mahfuz Sholahuddin dkk., bahwa metode ceramah adalah suatucara penyampaian bahan pelajaran secara lisan oleh guru di depan kelas atau kelompok.[3] Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara belajar mengajar yangmenekankan pada pemberitahuan satu arah dari pengajar kepada pelajar (pengajaraktif, pelajar pasif).[4]
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran kepadasiswa secara lisan. Adapun gambaran penggunaan metode ini dikemukakan Zakiyah Daradjat dalam bukunya Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam bahwa .dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta percaya bahwa apa yang diceramahkan guru itu adalah benar, murid mengutip iktisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.
Sejak zaman Rasulullah metode ceramah merupakan cara yang paling awal yang dilakukan Rasulullah saw dalam penyampaian wahyu kepada umat. Karakteristik yang menonjol dari metode ceramah adalah peranan guru tampak lebihdominan. Sementara siswa lebih banyak pasif dan menerima apa yang disampaikan oleh guru. Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad saw bersabda: Yang Artinya: .Sampaikanlah dariku walaupun satu ayat..
Menurut M. Basyiruddin Usman, metode ceramah layak digunakan guru dimuka kelas apabila:
a.       Pesan yang akan disampaikan berupa fakta atau informasi;
b.      Jumlah siswanya terlalu banyak;
c.       Guru adalah seorang pembicara yang baik, berwibawa dan dapat merangsang siswa.

2.   Kelebihan Metode Ceramah
a.       Suasana kelas berjalan dengan tenang karena murid melakukan aktivitas yang sama, sehingga guru dapat mengawasi murid sekaligus secara komfrehensif.
b.      Tidak membutuhkan tenaga yang banyak dan waktu yang lama, dengan waktu yang singkat murid dapat menerima pelajaran sekaligus secara bersamaan.
c.       Pelajaran bisa dilaksanakan dengan cepat, karena dalam waktu yang sedikit dapat diuraikan bahan yang banyak.
d.      Melatih para pelajar untuk menggunakan pendengarannya dengan baik sehingga mereka dapat menangkap dan menyimpulkan isi ceramah dengan cepat dan tepat.
e.       Dapat memberikan motivasi dan dorongan kepada siswa dalam belajar;
f.       Fleksibel dalam penggunaan waktu dan bahan, jika bahan banyak sedangkan waktu terbatas maka dapat dibicarakan pokok-pokok permasalahannya saja, sedangkan bila waktu masih panjang, dapat dijelaskan lebih mendetail.

3.   Kelemahan Metode Ceramah
a.       Interaksi cenderung bersifat centered (berpusat pada guru).
b.      Guru kurang dapat mengetahui dengan pasti sejauh mana siswa telah menguasai bahan ceramah.
c.       Mungkin saja siswa memperoleh konsep-konsep lain yang berbeda dengan apa yang dimaksudkan guru.
d.      Siswa kurang menangkap apa yang dimaksudkan oleh guru, jika ceramah berisi istilah-istilah yang kurang/tidak dimengerti oleh siswa dan akhirnya mengarah kepada verbalisme.
e.       Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memecahkan masalah. Karena siswa hanya diarahkan untuk mengikuti fikiran guru.
f.       Kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecakapan dan kesempatan mengeluarkan pendapat.
g.      Guru lebih aktif sedangkan murid bersikap pasif.
h.      Bila guru menyampaikan bahan sebanyak-banyaknya dalam waktu yang terbatas, menimbulkan kesan pemompaan atau pemaksaan terhadap kempuan penerimaan siswa.
i.        Cenderung membosankan dan perhatian siswa berkurang, kerena guru kurang memperhatikan faktor-faktor psikologis siswa, sehingga bahan yang dijelaskan menjadi kabur.10

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut seorang guru harus mengusahakan hal-hal sebagai berikut:
a.       Untuk menghilangkan kesalahpahaman siswa terhadap materi yang diberikan, hendaknya diberi penjelasan beserta keterangan-keterangan, gerak-gerik, dan contoh yang memadai dan bila perlu hendaknya menggunakan media yang refresentatif.
b.      Selingilah metode ceramah dengan metode lainnya untuk menghilangkan kebosanan peserta didik.
c.       Susunlah ceramah secara sistematis.
d.      Mengulang kata atau istilah-istilah yang digunakan secara jelas, dapat membantu siswa yang kurang atau lambat kemampuan dan daya tangkapnya.
e.       Carilah umpan balik sebanyak mungkin sewaktu ceramah berlangsung.

 B.     Metode Dikusi
1.   Pengertian Metode Diski
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi adalah .Cara belajar atau mengajar yang melakukan tukar pikiran antara murid dengan guru, murid dengan murid sebagai peserta diskusi..12 Namun tidak semua kegiatan bertukar pikiran dapat dikatakan berdiskusi. Menurut Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S. diskusi pada dasarnyaadalah .Suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah, baik dalam kelompok kecil atau besar, dengan tujuan untuk mendapatkan suatu pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah.[5] Sedangkan menurut Zuhairini dkk., yang diaksud metode diskusi ..ialah suatu metode didalam mempelajaribahan atau menyampaikan bahan dengan jalan mendiskusikannya, sehinggaberakibat menimbulkan pengertian serta perubahan tingkah laku murid.[6]
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode diskusi ialah suatu cara penyampaian materi pelajaran dengan jalan bertukarpikiran atau mendiskusikannya, baik antara guru dengan siswa ataupun sesama siswa.
Seiring dengan itu, metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berpikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persoalan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan/ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik (alternatif terbaik).
Dari beberapa jawaban atau jalan keluar yang ada bagaimana mendapatkan jawaban yang paling tepat untuk mendekati kebenaran sesuai dengan ilmu yang ada pada kita. Jadi, metode diskusi tidak hanya percakapan atau debat, melainkan carauntuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang dihadapi.
  
2.   Kelebihan Metode Diskusi
a.   Menurut Armai Arief, di dalam bukunya Pengatar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers, 2002), disebutkan bahwa diantara keunggulan metode diskusi adalah antara lain:
b.   Suasana kelas lebih hidup, sebab siswa mengarahkan perhatian atau pikirannya kepada masalah yang sedang didiskusikan.
c.   Dapat menaikan prestasi kepribadian individu, seperti: sikap toleransi, demokrasi, berpikir kritis, sistematis, sabar dan sebagainya.
d.   Kesimpulan hasil diskusi mudah dipahami siswa, karena mereka mengikuti proses berpikir sebelum sampai kepada suatu kesimpulan.
e.    Siswa dilatih belajar untuk mematuhi peraturan-peraturan dan tata tertib layaknya dalam suatu musyawarah.
f.       Membantu murid untuk mengambil keputusan yang lebih baik.
g.      Tidak terjebak kedalam pikiran individu yang kadang-kadang salah, penuh prasangka dan sempit. Dengan diskusi seseorang dapat mempertimbangkan alasan-alasan/pikiran-pikiran orang lain.

3.   Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Roetiyah N.K., di dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar disebutkan bahwa kekuarangan penggunaan metode diskusi antara lain:
a.    Kadang-kadang bisa terjadi adanya pandangan dari berbagai sudut bagi masalah yang dipecahkan, bahkan mungkin pembicaraan menjadi menyimpang, sehingga memerlukan waktu yang panjang.
b.      Dalam diskusi menghendaki pembuktian logis, yang tidak terlepas dari faktafakta; dan tidak merupakan jawaban yang hanya dugaan atau coba-coba saja.
c.       Tidak dapat dipakai pada kelompok yang besar.
d.      Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.[7]

Kelemahan lain dalam metode diskusi adalah kadang-kadang ada siswa yang memonopoli pembicaraan, dan ada pula siswa yang pasif dan tidak acuh. Dalam hal demikian guru hendaknya memperhatikan dan memberi motivasi kepada siswa supaya seluruh siswa ikut serta dalam diskusi. Untuk mengatasi kelemahan atau segi negatif dari metode ini, maka perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.       Pimpinan diskusi diberikan kepada murid dan diatur secara bergiliran.
b.      Pimpinan diskusi yang diberikan kepada murid, perlu bimbingan dari guru.
c.       Guru mengusahakan supaya seluruh siswa ikut berpartisipasi dalam diskusi.
d.      Mengusahakan supaya semua siswa mendapat giliran berbicara, sementara siswa lain belajar mendengarkan pendapat temannya.
e.       Mengoptimalkan waktu yang ada untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

C.    Pelajaran Aqidah Akhlak
1.      Pengertian Pelajaran Aqidah akhlak
Pelajaran aqidah akhlak merupakan salah satu mata pelajaran yangdiajarkan disekolah formal dan merupakan rumpun mata pelajaran PendidikanAgama Islam (PAI). Secara etimologi (bahasa) kata .aqidah akhlak. terdiri daridua kata .aqidah. dan .akhlak.. Kata aqidah berasal dari bahasa Arab yang berarti kepercayaan atau keyakinan.[8]
Sedangkan secara terminologi (istilah) aqidah berarti segala keyakinan yang ditetapkan oleh Islam yang disertai oleh dalil-dalil yang pasti.[9]  Hal-hal yang termasuk di dalam pembahasan aqidah yaitu tentang Tuhan dan segala sifat-Nya serta hal-hal yang berkaitan dengan alam semesta, seperti terjadinya alam.
Adapun pengertian akhlak secara etimologi adalah berasal dari bahasa Arab, yaitu bentuk jamak dari kata yang berasal dari kata dengan bentuk jamaknya yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi.at.[10] Ibnu Athir menjelaskan bahwa hakekat makna itu ialah gambaran batin manusia yang tepat (jiwa dan sifatnya) sedangkan merupakan gambaran bentuk luasnya (raut muka, warna kulit, tinggi rendahnya tubuh dan lain sebagainya).[11]
Secara terminologi ada beberapa definisi akhlak yang telah dikemukakan oleh para ahli, diantaranya:
a.       Imam Ghozali
.Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.[12]
b.      Ibnu Miskawaih
.Akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa melakukan pemikiran dan pertimbangan.[13]
c.        Abu Bakar Aceh
.Akhlak adalah suatu sikap yang digerakan oleh jiwa yang menimbulkan tindakan dan perbuatan manusia baik terhadap Tuhan maupun sesama manusia serta terhadap diri sendiri.24 Melihat pengertian aqidah akhlak yang telah diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pelajaran aqidah akhlak merupakan suatu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah formal dan merupakan bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang didalamnya mencakup persoalan keimanan dan budi pekerti yang dapat mengembangkan kepribadian peserta didik.[14]

2.      Tujuan Pelajaran Aqidah Akhlak
Aqidah akhlak merupakan salah satu bidang studi dalam pendidikan agama Islam. Maka tujuan umum pendidikan aqidah akhlak sesuai dengan tujuan umum pendidikan agama Islam. Menurut Abdurrahman Saleh Abdullah, tujuan umum pendidikan agama Islam adalah membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah atau sekurang-kurangnya mempersiapkan peserta didik ke jalan yang mengacu pada tujuan akhir manusia. Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan tunduk patuh secara total kepadaNya.[15]  Hal ini sesuai dengan firman Allah, yang Artinya : .Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supayamereka mengabdi kepada-Ku.. (Q.S. Adz-Dzariyat : 56).
Sedangkan tujuan khusus pelajaran aqidah akhlak menurut Direktorat Jendral Kelembagaan Agama Islam adalah sebagai berikut:
Untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan peserta didik yang diwujudkan dalam akhlaknya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan serta pengamalan peserta didik tentang aqidah dan akhlak Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaanya kepada Allah swt seta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[16]
Dari kutipan diatas dapat dipahami bahwa tujuan pelajaran aqidah akhlak searah dengan tujuan nasional yaitu: .Tujuan pendidikan nasional adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yakni manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani.[17]

3.      Ruang Lingkup Pelajaran Aqidah Akhlak
Ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak yang terdapat di madrasah aliyah memiliki isi bahan pelajaran yang dapat mengarahkan pada pencapaian kemampuan peserta didik untuk dapat memahami rukun iman secara ilmiah serta pengalaman dan pembiasaan berakhlak Islami, untuk dapat dijadikan landasan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjang berikutnya.
Adapun ruang lingkup pelajaran aqidah akhlak di dalam kurikulum 2004 untuk madrasah aliyah ada tiga aspek, yaitu:

a.       Aspek Aqidah
Aspek aqidah ini meliputi sub-sub aspek: kebenaran aqidah Islam, hubungan aqidah, akhlak, ke-Esaan Allah swt, Allah Maha Pemberi Rizki, Maha Pengasih dan Penyayang, Maha Pengampun dan Penyantun, Maha Benar dan Maha.[18] Adil.Dari beberapa sub aqidah ini tentu saja dengan menggunakan argumen dalil-dalil aqli dan naqli. Selain itu juga meyakini bahwa, .Muhammad saw adalah rosul terakhir, meyakini kebenaran Al-Qur.an dengan dalil aqli dan naqli. Meyakini qodlo dan qodar, hubungan usaha dan do.a, hubungan prilaku manusia dengan terjadinya bencana alam.[19]

b.      Aspek Akhlak
Adapun yang menjadi aspek akhlak diantaranya: .Beradab secara Islam dalam bemusyawarah untuk membangun demokrasi, berakhlak terpuji kepada orang tua, guru, ulil amri, dan waliyullah.[20] Hal ini memiliki tujuan untuk memperkokoh integrasi dan kredibilitas pribadi, memperkokoh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, bersedia melanjutkan misi utama rosul dalam membawa perdamaian, terbiasa menghindari akhlak tercela yang dapat merusak tatanan kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara seperti membunuh, merampok, mencuri, menyebar fitnah, membuat kekerasan, mengkonsumsi atau mengedarkan narkoba dan malas bekerja.

c.       Aspek Kisah Keteladanan
Aspek kisah keteladanan diantaranya mengapresiasi dan meneladani sifat dan prilaku sahabat utama Rosulullah saw dengan landasan agama yang kuat.[21] Ketiga  aspek diatas merupakan bagian dari ajaran-ajaran dasar yang terdapat dalam Agama Islam yang bersumber dari Al-Qur.an dan Al-Hadits. Oleh karena itu diharapkan dapat membentuk peserta didik menjadi beriman dan bertaqwa kepada Allah swt dan memiliki akhlak yang mulia sebagaimana akhlak para nabi dan rosul.
  
  
BAB III
ANALISIS

A.    HASILPENELITIAN
DI MA MINAT KESUGIHAN CILACAP
KELAS XI
Untuk melaksanakan tugas guna meningkatkan proses belajar mengajar, guru mempunyai kedudukan sebagi figure sentral. Di tangan para gurulah berhasil atau tidaknya pencapaian maksimal pada proses belajar mengajar di sekolah, serta pada tangan merekalah masa depan karier peserta didik yang menjadi tumpuan orang tuanya serata bangsa Indonesia ini.
Agar guru mampu menjalankan tugasnya dengan baik, hendaknya seorang guru memahami dan menguasai komponen-komponen dalam mengajar, komponen tersebut adalah:
a.    Guru harus berusaha mengembangkan diri peserta didiknya seoptimal mungkin melalui berbagai kegiatan (belajar) guna mencapai tujuan yang sesuai dengan tahapan perkembangan yang dijalaninya.
b.   Tujuan (yaitu apa yang diharapkan) yang merupakan seperangkat tugas atau tuntutan serta kebutuhan yang harus dipenuhi dan system nilai yang harus tampak pada prilaku dan merupakan karakteristik, kpribadian peserta didik (seperti yang ditetapkan oleh peserta didik, guru, atau masyarakat) yang seyogyanya harus diterjemahkan kedalam berbagai bentuk kegiatan.
c.    Guru yang selalu selalu mengusahakan terciptanya situasi yang tepat sehingga memungkinkan terjadinaya proses pengalaman belajar pada diri peserta didik dengan mengerahkan segala sumber dan menggunakan starategi belajar mengajar yang tepat.[22]
Sebagi suatu proses pengaturan kegiatan belajar mengajar tidak terlepas dari cirri-ciri tertentu yang menurut Edi Suwardi sebagi berikut:
1.   Belajar mengajar memiliki tujuan yakni membentuk anak didik dalam perkembangan tertentu, inilah yang dimaksud dengan belajar mengajar yang sadar akan tujuan, dengan menempatkan anak didik sebagi pusat perhatian. Anak didik mempunyai tujuan, sedangkan unsure lainya sebagi pengantar dan pendukung.[23]
2.   Ada suatu suatu prosedur (jalan interaksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, agar dapat mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakuakan dalam melakukan interaksi perlu adanya prosedur, atau langkah-langkah sistematik dan relavan. Untuk mencapi tujuan yang satu dengan yang lain mungkin akan membutuhkan prosedur atau desain yang berbeda pula.
3.   Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan suatu penggarapan yang khusus dalam hal ini materi harus didesain sedemikian rupa sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Sudah barang tentu dalam hal ini perlu memperhatikan komponen-komponen yang lain, apabila komponen anak didik juga merupakan sentral.
4.   Di tandai dengan aktifitas anak didik. Sebagi konsekwensi, bahwa anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Aktifitas anak didik dalam hal ini, baik secara fisik maupun secara mental, aktif.
5.   Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagi fasilitator. Dalam perananya sebagai fasilitatot, guru harus berusaha menghidupkan dan memberikan motifasi, agar terjadi proses interaksi yang kondusif, guru harus siap sebagi mediator dalam situasi belajr mengajar, sehingga guru akan merupakan tokoh yang ditiru tingkah lakunya oleh anak didik, guru (akan lebih baik bersama anak didik)
6.   Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan duatu kedisiplinan. Disiplplin dalam kegiatan belajr mengajar ini diarikan sebagi suatu pola tingkah laku yang diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh pihak guru maupun anak didik dengan sadar. Mekanisme kontrak dari ketaatan dari ketentuan atau tata tertib itu akan terlihat dari pelaksanaan prosedur, jadi, langkah-langkah yang dilaksanakan sesuai dengan prosedur yang telah digariskan. Penyimpangan dari prosedur berarti suatu indicator pelanggaran disiplin.[24]
7.   Ada batas waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam system berkelas (kelompok anak didik), batas waktu menjadi sebuah cirri yang tidak bias ditinggalkan setiap tujuan akan diberi waktu tertentu, kapan tujuan itu harus sudah tercapai.
8.   Evaluasi dari seluruh kegiatan diatas, masa;ah evaluasi adalah bagian penting yang bias diabaikan setelah guru melakuakan hal yang untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan pengajaran yang sudah ditentukan.[25]
Dari hasil obsevasi yang telah kami lakukan dapat kami paparkan beberapa hal sebagi berikut:
Guru lebih banyak menyampaikan informasi (cramah) atau keterangan yang ada pada buku panduan (sumber buku), padahal tugas utama guru adalah: mengelola proses belajar dalam satu lingkungan tertentu, yaitu sekolah, maka dari itu seorang guru harus mempunyai sekil dan pengalaman serat SDM, akan tetapi, mungkin karna di karnakan factor keterbatasan waktu atau karna siswa yang tidak menjalankan kontarak belajar yang telah dibuat, serta kurangnya sangsi tegas bagi yang melangga idikator kedisiplinan, sehingga siswa yang seharusnya satu ruangan itu berisi 30 siswa namun karna dirasa system yang ada kurang begitu diperketat sehingga yang hadir hanya setengahnya saja, jadi dalam penyampaian proses belajar mengajar kurang maksimal bahkan bias dikatakan tidak maksimal.
Nah untuk pemanfaatan media pembelajaran seperti halnya papan tulis itupun tidak berfungsi sebagi mana mestinya dan selayaknya papan tulis, kecuali untuk materi-materi tertentu, padahal pada hakekatnya seorang guru harus memakai media pendidikan sebagai alat bantu utama untuk menunjang keberhasilan belajar mengajar dan pengaplikasian metode-metode yang dipakainya dengan daya guna media pendidikan.


BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil beberapa refresi dan penelitian yang dilakukan, mengenai perbandingan metodologi ceramah dan diskusi dalam memahami pelajaran aqidah akhlak maka dapat disimpulkan sebagi berikut:
1.      Metode yang sering digunakan dalam pengajaran aqidah akhlak umumnya adalah metode ceramah dan metode diskusi.Meskipun penggunaan metode ceramah dan metode diskusi tidak secara tuntas dapat mencapai tujuan yang diharapkan, namun kedua metode tersebut cukup efektif untuk meningkatkan prestasi siswa, khususnya dalam pengajaran aqidah akhlak.
2.      Dan metode pengajaran yang menggunakan menurut saya diskusi lebih efektif daripada metode pengajaran ceramah dalam pengajaran aqidah akhlak. Hal ini terlihat dari prestasi mereka lebih meningkat ketika pelajaran aqidah akhlakdisampaikan dengan metode diskusi dibandingkan dengan metode ceramah.

B. Saran Dan Harapan
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, terutama dalam hal metodologi pengajaran aqidah akhlak, perlu kiranya penulis memberikan sumbangan pikiran agar mutu pendidikannya dan lebih maju lagi perkembangannya.
1.              Kepala sekolah hendaknya memberikan pengawasan yang melekat kepada guruguru, agar mereka merasa diperhatikan sehingga terdorong untuk meningkatkan potensi profesinya dan lebih memperkaya keterampilan mengajarnya.
2.      Hendaknya guru aqidah akhlak lebih meningkatkan keterampilan mengajarnya baik dalam menggunakan metode ceramah maupun metode diskusi dan metodemetode yang lain, sehingga siswa mudah menerima pengajaran aqidah akhlak dengan baik.
3.      Hendaknya para mahasiswa tarbiyah yang nantinya akan menjadi guru, harus bisa mengemas suatu metode pembelajaran yang lebih bisa di terima oleh sisiwanya.

D.    PENUTUP
Demikian makalah ini saya buat semoga bermanfaat bagi semua kalangan termasuk diri saya sendiri,  Amin……Dengan penuh kekurangan dan kesalahan serta keterbatasan akal dan pikiran, penulis merasa bahwa makalah ini belum  mencapai pada taraf kesempurnaan karna masih banyaknya kekurangan disana-sini.

Walau demikian dengan penuh rasa syukur yang sebesar-besarnya terhadap illahi rabbi yang telah memberikan taufiq, hidayah, serta  inayahnya, sehingga saya dapat menyelsaikan tugas makalah ini untuk memenuhi tuntutan sebagai seorang mahasiswa.

REFERENSI

[1] Zakiyah Daradjat, Metodi Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995
[2] Sukadi, Guru Powerful Guru Masa Depan, (Bandung: Kolbu, 2006), Cet. Ke-1, h. 10
[3]  Mahfuz Sholahuddin dkk., Metodologi Pendidikan Islam, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1986), h. 43
 [4] Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai  Pustaka, 2002), Cet. Ke-3, h. 740
 [5] Maidar G. Arsjad dan Mukti U.S., Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia,(Jakarta: Erlangga, 1991), Cet. Ke-2, h. 37
 [6] H. Zuhairini, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), Cet.Ke-8, h. 89
 [7]  Roetiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Bina Aksara, 1988),                                                                                                  
[8] Ahmad Warson Munawir, Kamus Al-Munawir, Kamus Bahasa Arab Indonesia, (Surabaya:Pustaka Progressif, 1997), h. 1024
 [9]  Moh. Rifa.I, dkk., Aqidah Akhlak, (Semarang: CV. Wicaksana, 1994), Jilid I, h. 
 [10]  Hamzah Yaqub, Etika Islam, Pembinaan Akhlakul Karimah Suatu Pengantar, (Bandung:CV. Diponogoro, 1983), Cet. Ke-2, h. 11
 [11]  Ahmad Musthofa, Akhlak Tashowuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1999) Cet. Ke-I, h. 17
[12]  Asmaran A.S., Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta: Rajawali Press, 1992), Cet. Ke-I, h. 2
[13]  Abu Ali Ahmad Ibn Miskawaih, Menuju Kesempurnaan Akhlak, Terj. Helmi Hidayat(Bandung: Mizan, 1994). h. 56
 [14]  Abu Bakar Aceh, Mutiara Akhlak, (Jakarta: Bulan Bintang, 1959), Cet. Ke-I, h.95
 [15] Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur.an, (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 2005). Cet. Ke-III, h.133
 [16] 26 Depag RI/Dirjen Kelembagaan Agama Islam, Kurikulum Berbasis Kompetensi MadrasahAliyah, (Jakarta: 2004), h. 22
 [17] Nana Sudjana, Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum Sekolah, (Bandung: Sinar Baru,1989) Cet. Ke-I, h. 21
[22] Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.Hal.3.  Drs. A. tabrani rusjan atang rusdinar, B.A.  Drs. Zainal Arifin.
[25] BAB. III. Hakekat Cirri Dan Komponen Belajar Mengajar , Drs. Syaiful Bahri Djamarah. Drs. Aswan Zain.

1 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...